Perjalanan
(Kelompok Amburadul) (1979) 

Bersama grup bandnya yang
bernama Amburadul, dapat dikatakan ini adalah album pertama Iwan Fals,
seluruhnya berisi lagu baru dengan single hits lagu ‘Perjalanan’. Album
ini dikerjakan dengan profesional. Aroma Bob Dylan sangat kental disini
ditambah dengan suara Iwan yang ‘nyempreng’ dan irama country ballads
sangat sesuai dengan lirik yang sangat sosial. Pada album ini nama
Helmie dan Totok Gunarto bernyanyi pada beberapa lagu seperti Alasan,
Ibu, Gaya Travolta dan Inspirasi. Namun sayangnya album ini dapat
dibilang gagal dipasaran. Album ini adalah lanjutan dari kontrak dengan
LHI untuk mengorbitkan pemenang lomba musik humor. ABC records rupanya
masih ragu-ragu mengorbitkan Iwan Fals yang menyanyikan lagu dengan
lirik sosial, karena pada saat itu yang memiliki nilai jual tinggi
adalah lagu-lagu yang bernuansa cinta.
Lagu-lagu dalam album ini adalah 'Perjalanan', 'Aku
Berjalan', 'Pemborong Jalan', 'Mak', 'Wanita Tiruan', 'Bencana Alam',
'Alasan', 'Inspirasi', 'Gaya Travolta', 'Ibu'

Album ini berisi lagu baru yaitu '3 Bulan'
dinyanyikan oleh Iwan Fals, 'Tengkulak' oleh Totok Gunarto, 'Model
Gombrang' juga oleh Totok Gunarto dan 'Surat Dari Paman Di Desa' oleh
Helmie. Selebihnya diisi lagu-lagu dari album 'Perjalanan'
Sarjana
Muda (1981)

Album ini dapat dibilang
adalah awal karir Iwan Fals di dunia musik profesional Indonesia.
Setelah kontrak dengan ABC records selesai, Musica rupanya mencium bakat
Iwan yang dapat dikembangkan, lantas Musica meneken kontrak dengan Iwan
Fals. Album perdana Iwan Fals bersama Musica Studio’s benar-benar
dikerjakan secara serius. Lihat saja musisi pendukungnya bukan orang
sembarangan. Music director dikerjakan oleh Willy Soemantri, didukung
oleh Amir Katamsi, Luluk Purwanto dan yang hebat lagi Idris Sardi
menjadi bintang tamu mengisi suara biola pada lagu ‘Guru Oemar Bakrie’.
Begitu beredar, album ini langsung menjadi pembicaraan. Masyarakat
Indonesia yang pada saat itu kenyang disuguhi lagu dengan nuansa cinta
mungkin kaget mendengar lirik lagu Iwan Fals yang bernuansa sosial yang
sangat mewakili kehidupan masyarakat saat itu. Tak lama kemudian album
ini meledak dipasaran, hampir seluruh stasiun radio menjadikan lagu
‘Guru Oemar Bakrie’ pada puncak tanggal lagu mereka. Album ini menjadi
titik awal perubahan warna musik Indonesia.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Sarjana Muda’, ‘Guru Oemar Bakrie’,
‘Bung Hatta’, ‘Doa Pengobral Dosa’, ‘Si Tua Sais Pedati’, ‘Ambulance
Zig Zag’, ‘22 Januari’, ‘Puing’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Bangunlah Putra
Putri Pertiwi’.
Opini
(1982)

Melanjutkan sukses album
pertama dibawah bendera Musica, album ini juga meraup untung besar.
Dengan musisi pendukung yang hampir sama, album ini menjadi lebih
‘nakal’ liriknya. Lagu ‘Galang Rambu Anarki’ menyentuh emosi
pendengarnya, rupanya Iwan Fals pandai mengambil momen kenaikan harga
BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan kelahiran anak
pertamanya menyebabkan harga-harga menjadi melonjak. Keadaan seperti ini
sangat mewakili emosi masyarakat saat itu, sehingga begitu album ini
beredar langsung meledak. Pantas saja, karena hanya Iwan Fals yang
memiliki keberanian menyuarakan protes secara vulgar melalui lagu pada
saat itu. Ada lagi lagu ‘Obat Awet Muda’ yang liriknya gamblang
menceritakan perselingkuhan membuat panas telinga hidung belang, juga
lagu ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’ yang sebenarnya lagu cinta,
namun oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu penghinaan secara
halus terhadap penguasa saat itu. Kontroversi tersebut semakin membuat
laku penjualan album ini
Sejak album ini beredar, konon Iwan Fals mulai diawasi dengan pemerintah
saat itu (Soeharto). Dan konon Iwan Fals sering didatangi oknum yang
mengintimidasinya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Galang Rambu Anarki’, ‘Obat Awet Muda’,
‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’, ‘Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak
Lagi’, ‘Sapuku Sapumu Sapu Sapu’, ‘Opiniku’, ‘Ambisi’, ‘Tak Biru Lagi
Lautku’, ‘Tarmijah Dan Problemnya’.
Sumbang
(1983)

Ian Antono dan Abadi
Soesman menjadi musisi pendukung dalam album ini, menjadikan warna baru
dalam lagu-lagu Iwan Fals. Lirik lagu Iwan sedikit melunak dan lebih
banyak kearah percintaan namun tetap dalam lirik yang gamblang. Hanya
lagu ‘Sumbang’ yang lebih keras lirik protesnya. Sepertinya Iwan Fals
memprotes tekanan pada dirinya setelah peredaran album ‘Opini’. Lagu ini
benar-benar lagu pemberontakan jiwa Iwan yang disajikan dengan lirik
vulgar dan panas. Musik yang ada sedikit ‘dangdut’ nya cepat diterima
pendengar dan mudah diingat. Dan ada lagu ‘Celoteh Camar Tolol Dan
Cemar’ yang menceritakan tenggelamnya kapal penumpang Tampomas II. Ada
kesalahan cetak dalam album ini yaitu lagu “Jendela Kelas I’, seharusnya
judul hanya Jendela Kelas namun ketambahan angka I (satu), maksudnya
angka I (satu) tersebut adalah editing pertama.
Dan lagi-lagi album ini menjadi kontroversi, dan Iwan tetap saja diawasi
dengan pemerintah.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Sumbang’, ‘Kereta Tiba Pukul Berapa’,
‘Semoga Kau Tak Tuli Tuhan’, ‘Puing’, ‘Jendela Kelas I’, ‘Berikan Pijar
Matahari’, ‘Siang Pelataran SD Sebuah Kampung’, ‘Asmara Tak Secengeng
Yang Aku Kira’, ‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’.
Sugali
(1984)

Lagu ‘Sugali’ menjadi
hits, dikerjakan bersama Chilung Ramali, menceritakan tentang preman
yang menjadi target sasaran petrus (penembak misterius) yang marak pada
dekade 80-an. Tetapi yang menjadi persoalan pada album ini yaitu adanya
lagu ‘Serdadu’ yang isinya bercerita tentang prajurit yang kurang
diperhatikan kesejahteraannya, yang gajinya dipotong oleh komandannya.
Lirik lagu ini mendapat perhatian oleh banyak petinggi ABRI (saat itu,
sekarang TNI) dan dianggap suatu pelecehan, namun kurang diekspos,
mungkin mereka takut terbuka kebenarannya.
Isi album ini adalah ‘Sugali’, ‘Rindu Tebal’, ‘Siang Seberang Istana’,
‘Serdadu’, ‘Nak’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Tolong Dengar
Tuhan’, ‘Azan Subuh Masih Ditelinga’.
Barang
Antik (1984)

Bersama music director
Willy Soemantri, Iwan membuka diri menerima karya orang lain untuk
dinyanyikan. Hanya lagu ‘Jangan Bicara’ yang diciptakan oleh Iwan Fals.
Selebihnya diciptakan oleh Diat, Yoesyono, Chilung Ramali, Jaya Susanto,
Dama, Richard Kyoto, Tommy dan Marie, Willy dan Tommy. Lagu ‘Barang
Antik’ bercerita tentang angkutan tua (oplet) yang tergusur dengan
angkutan lain seperti bis, mikrolet dan bajaj namun tetap beroperasi
dipinggiran kota. Lagu ‘Jangan Bicara’ menjadi kontroversi karena
liriknya yang terlalu pedas bagi sebagian orang. Tetapi masalah itu
lagi-lagi tidak terekspos, inilah pandainya pemerintahan saat itu yang
rapi menutupi kesalahan agar tidak banyak orang memahami. Dan hasilnya
konon Iwan mendapat teguran keras dari pemerintah agar tidak menerbitkan
karya yang menyinggung politik.
Lagu-lagu pada album ini ‘Barang Antik’, ‘Kumenanti Seorang Kekasih’,
‘Sunatan Masal’, ‘Jangan Bicara’, ‘Asmara Dan Pancaroba’, ‘Tante Lisa’,
‘Salah Siapa’, ‘Nyanyianmu’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Neraka Yang
Asyik’.
Sore
Tugu Pancoran (1985)

Masih bersama Willy Soemantri, album ini meledak
dipasaran. Karena muncul bersamaan dengan film yang dibintangi Iwan Fals
dengan judul ‘Damai Kami Sepanjang Hari’. Film ini bercerita tentang
kehidupan pengamen yang menjadi sukses rekaman dan diisi dengan
lagu-lagu Iwan. Kurang lebih menceritakan kehidupan sesungguhnya Iwan
Fals meskipun ada bumbu-bumbu pemanis sedikit. Album ini secara tidak
langsung dapat dikatakan menjadi soundtrack film tersebut. Album ini
seperti menjadi jawaban Iwan terhadap teguran pemerintah, lirik dalam
album ini biasa-biasa saja, tidak begitu menggigit seperti album
terdahulu. Lebih banyak pada unsur komersil seperti percintaan, namun
itulah yang laku. Rupanya Musica ingin mengimbangi pasar yang saat itu
memang sedang demam percintaan. Ada lagu yang sedikit ‘nakal’ namun
hanya dirasakan sedikit orang yaitu lagu ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ yang
berkisah tentang penggusuran. ‘Sore Tugu Pancoran’ bercerita tentang
anak sekolah yang menjadi penjual koran. Jadi hanya menyentuh sedikit
kalangan. Tetapi lagu percintaan-lah yang menjadi hits di radio-radio
seperti lagu ‘Yang Tersendiri’ karya Tommy dan Marie.
Lagu-lagunya adalah ‘Sore Tugu Pancoran’, ‘Aku Antarkan’, ‘Ujung Aspal
Pondok Gede’, ‘Tince Sukarti Binti Machmud’, ‘Yang Tersendiri’, ‘Angan
dan Ingin’, ‘Berapa’, ‘Damai Kami Sepanjang Hari’, ‘Intermezo’, ‘Cik’.
(KPJ)
Kelompok Penyanyi Jalanan (1985)

Album ini dapat dibilang bagi-bagi rezeki antara Iwan
Fals dengan kawan-kawannya sesama pengamen yang tergabung dalam Kelompok
Pengamen Jalanan (KPJ). Dengan menggunakan nama Iwan Fals yang sudah
terkenal, KPJ membuat album ini didukung oleh Herry Lintauw, Anto Baret,
Swartato, Eko Partiteur. Iwan sendiri hanya bernyanyi penuh pada lagu
‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, dan ‘Dua Menit Sepuluh
Detik’. Sawung Jabo turut berpartisipasi dalam lagu ‘Penari Jalanan’.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk
Melangkah’, ‘Senandung Istri Bromocorah’, ‘Kaum Urbanis’, ‘Krisis
Pemuda’, ‘Serenade’, ‘Sumbang’, ‘Warijem Dan Tukiman’, ‘Penari Jalanan’,
‘Dua Menit Sepuluh Detik’.
Ethiopia
(1986)

Diilhami dari bencana
kelaparan di Ethiopia, album ini cukup laris dipasaran karena
peredarannya sangat pas dengan momen tersebut. Ada lagu ‘Willy’ yang
bercerita tentang sahabat Iwan yaitu WS.Rendra yang kabarnya
mengasingkan diri karena dicekal oleh pemerintah sebab puisi-puisinya
yang keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang liriknya menarik dan lucu
sangat sesuai dengan kenyataan. Dan lagu ’14-4-84’, konon lagu ini
sempat dilarang dinyanyikan oleh aparat kepolisian saat Iwan konser di
Sumatera, terjadi perdebatan namun tetap dilarang dinyanyikan dengan
alasan yang tidak jelas. Kalau diperhatikan lirik lagu ini hanya
bercerita tentang cinta dan bangganya Iwan kepada istri dan anaknya.
Sampai sekarang alasan pelarangan itu tidak jelas dan tidak masuk akal.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Ethiopia’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Tikus Tikus
Kantor’, ‘14-4-84’, ‘Willy’, ‘Entah’, ‘Kontrasmu Bisu’, ‘Berandal Malam
Di Bangku Terminal’, ‘Lonteku’, ‘Bunga Bunga Kumbang Kumbang’.
Aku
Sayang Kamu (1986)

Album ini meledak
dipasaran karena lagu ‘Aku Sayang Kamu’ yang cocok dengan remaja yang
sedang kasmaran, dan saat itu lagu-lagu cinta banyak yang ‘cengeng’,
Iwan menciptakan lagu cinta dengan musik gembira dan lirik gamblang.
Musik directornya Bagoes A.A., lagu-lagunya begitu nge-pop. Selama
beberapa bulan lagu ini menduduki puncak tanggal lagu di radio-radio.
Pada album ini sebenarnya sudah siap untuk dimasukkan lagu yang berjudul
Anissa.
Tetapi entah mengapa lagu yang berkisah tentang istri Iwan Fals yang
sedang mengandung anak keduanya tidak jadi ditampilkan. Kemungkinan
adalah begitu gamblangnya kata-kata pada lirik lagu ini yang cukup
keras. Pada sampul album ini pada bagian penata musik, judul lagu
Anissa
tertera disana.
Isinya adalah ‘Aku Sayang Kamu’, ‘Gali Gongli’,
‘Timur Tengah I’, ‘Jangan Tutup Dirimu’, ‘Selamat Tinggal Malam’, ‘Ya
Hui Ha He Ha’, ‘Yayaya Oh Ya’, ‘Lho’, ‘Timur Tengah II’, ‘Kota

Album ini dikerjakan Iwan
bersama sahabat lamanya yaitu Dama Gaok dan Maman Piul. Hits ‘Lancar’,
‘Kereta Tua’ dan ‘Nenekku Okem’ memiliki irama country khas Iwan. Pada
lagu ‘Yakinlah’ Iwan berduet dengan Elly Sunarya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Lancar’, ‘Kuli Jalan’, ‘Kereta Tua’,
‘Columbia’, ‘Yakinlah’, ‘Kota’, ‘Sentuhan’, ‘Cantik Munafik’, ‘Nelayan’,
‘Nenekku Okem’.
Wakil
Rakyat (1987)

Album yang musiknya
digarap Bagoes A.A. ini meledak dipasaran menjelang pemilu dan
menimbulkan kontroversi yang hebat. Iwan kembali membangkang setelah
sekian album melunak kembali dia menjadi ‘nakal’. Lagu ‘Wakil Rakyat’
yang mengisahkan wakil rakyat yang suka tidur waktu rapat ditanggapi
sinis oleh penguasa. Lagu ini bahkan sempat di cekal tidak boleh
ditayangkan di televisi karena dianggap mengganggu stabilitas politik.
Namun Iwan dan Musica tidak kurang senjata, hits ‘Mata Indah Bola
Pingpong’ menjadi cadangan yang tidak kalah larisnya. Radio-radio
meletakkan lagu ini pada puncak tangga lagu Indonesia selama beberapa
bulan. Juga ada lagu ‘Potret Panen’ yang berkisah tentang bencana hama
wereng yang menghabiskan panenan padi petani.
Lagu-lagunya adalah ‘Mata Indah Bola Pingpong’, ‘Surat Buat Wakil
Rakyat’, ‘Teman Kawanku Punya Teman’, ‘Emak’, ‘Potret Panen Mimpi
Wereng’, ‘Diet’, ‘Libur Kecil Kaum Kusam’, ‘Dimana’, ‘Guru Zirah’,
‘PHK’.
Antara
Aku Kau Dan Bekas Pacarmu

Tidak ada lagu baru di
album ini. Hanya lagu lama yang dinyanyikan ulang yaitu lagu ‘Antara Kau
Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang Tersendiri’, ‘Sebelum Kau Bosan’ dan ‘Aku
Antarkan’. Selebihnya hanya lagu lama dan single ‘Kemesraan’ karya
Franky S versi keroyokan dengan artis-artis Musica diikutkan dalam album
ini. Music directornya Bagoes A.A. Pada album ini suara Iwan lebih
berat dan tidak ‘nyempreng’ seperti sebelumnya. Disini Iwan mulai
mengalami perubahan gaya vokal dan musik. Lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas
Pacarmu’ mencetak hits, karena versi baru ini terus terang lebih enak
didengar.
Lagu-lagunya adalah ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang
Tersendiri’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Jangan
Tutup Dirimu’, ‘Kemesraan’, ‘Nyanyianmu’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Entah’, ‘Aku
Antarkan’.
1910
(1988)

Kedekatan Iwan Fals dengan
Ian Antono semakin akrab pada album ini. Iwan mempercayakan Ian menjadi
music director, seketika warna musik Iwan berubah menjadi lebih
nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang menceritakan tentang kecelakaan
kereta api di Bintaro pada tanggal 19 Oktober dibawakan Iwan dengan gaya
bernyanyi yang tidak seperti biasanya. Iwan seperti mendapat atmosfir
baru pada lagu-lagunya yang lebih terkesan dewasa. Album ini mendapat
sambutan positif. Beberapa lagunya meledak dan album ini mencatat
penjualan yang besar. Lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’ yang ternyata ‘titipan’
produser kepada Iwan agar dibuatkan lagu untuk remaja, dan kabarnya
Iwan sebenarnya enggan dan terpaksa menulis lagu ini hanya untuk
menyenangkan produser ternyata meledak luar biasa. Posisi teratas tangga
lagu tidak tergeser selama beberapa bulan di radio-radio, membuktikan
bahwa Iwan memiliki nilai jual yang tinggi. Lagu lainnya seperti ‘Ibu’
dan ‘Pesawat Tempurku’ juga sempat menduduki top 10 tangga lagu
Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’, ‘Ada Lagi Yang Mati’,
‘Ibu’, ‘Mimpi Yang Terbeli’, ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’, ‘Nak’,
‘Semoga Saja Kau Benar’, ‘Engkau Tetap Sahabatku’, ‘Pesawat Tempurku’,
‘1910’.
Mata
Dewa (1989)

Album ini adalah gebrakan
terbesar sepanjang sejarah musik Iwan Fals. Setiawan Djodi selaku
pemilik Airo Records tertarik dengan kolaborasi Iwan dan Ian Antono pada
album 1910. Dia mengajak Iwan dan Ian bergabung dibawah bendera
perusahaan rekamannya untuk membuat album Mata Dewa. Kebetulan kontrak
Iwan dengan Musica sudah berahir.
Album ini dikerjakan dengan sangat profesional didukung teknologi yang
canggih. Hasilnya, luar biasa, meledak dipasaran. Vokal Iwan menjadi
lebih nge-rock, musiknya kental dengan nuansa rock – ballads.
Sebenarnya pada album ini sebagian adalah lagu lama yang di aransmen
ulang dengan gaya vokal Iwan yang berbeda. Lagu ‘Mata Dewa’ menjadi
hits, pada lagu ini Setiawan Djodi ikut menjadi backing vokal, lagu
‘Nona’, ‘Air Mata Api’, hebat. Lagu lama yang di aransmen ulang adalah
‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘PHK’, ‘Bakar (atau Timur Tengah II)’,
dikerjakan dengan serius dan bermutu. Lagu lama yang menjadi super hits
di album ini adalah lagu ‘Yang Terlupakan’.
Setiawan Djodi menghabiskan banyak dana untuk album ini karena ternyata
dia memang salah satu fans berat Iwan Fals. Dan hasilnya tidak sia-sia.
Yang mengecewakan adalah, agenda promosi album dengan melakukan tur 100
kota di Indonesia tiba-tiba dibatalkan oleh kepolisian dengan alasan
keamanan, karena konser tunggal Iwan sebelumnya selalu berbuntut
kerusuhan. Padahal izin sudah dipegang dan alat-alat sudah dikirim ke
lokasi konser, persiapan sudah matang tinggal show saja.
Lobi-lobi dilakukan oleh Setiawan Djodi yang dikenal dekat dengan
penguasa tetap mental. Kabarnya penguasa saat itu tidak mau nama besar
Iwan Fals semakin berkibar dengan dukungan finansial yang luar biasa
dari Djodi. Ahirnya konser tetap batal dan semua menerima dengan berat
hati. Iwan sendiri setelah kejadian ini menjadi ngambek dan hampir putus
asa tidak mau bernyanyi lagi.
Lagu dalam album ini adalah ‘Mata Dewa’, ‘PHK’, ‘Nona’, ‘Air Mata Api’,
‘Bakar’, ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Perempuan
Malam’, ‘Pinggiran Kota Besar’.
SWAMI
(1989)

Setelah pelarangan konser
100 kota, diam-diam Setiawan Djody mempersiapkan proyek ‘rahasia’. Djodi
membentuk sebuah grup band yang bernama Swami dengan Iwan Fals sebagai
vokalisnya. Didukung oleh musisi top seperti Sawung Jabo, Naniel,
Innisisri, album ini dikerjakan dengan serius dan matang. Tanpa banyak
gembar gembor, album ini diluncurkan. Pada sampul album ini nama Iwan
Fals dicantumkan diatas nama Swami, rupanya Djodi merasa tanpa nama Iwan
album tidak akan dilirik. Hasilnya, orang penasaran membeli album
karena ada nama Iwan Fals bukan karena nama Swami yang tidak dikenal
sama sekali. Album ini secara tiba-tiba meledak dipasaran, angka
penjualannya sangat tinggi, konon mencapai 800 ribu kopi dalam sebulan
padahal tanpa promosi besar-besaran. Ternyata yang menyebabkan laku
keras adalah nama Iwan Fals dan lagu yang dibawakan yaitu ‘Bento’ dan
‘Bongkar’. Lagu ini sangat keras dan menikam liriknya. Sebentar saja
lagu ‘Bento’ menjadi ‘trade mark’ Iwan Fals. Dimana ada Iwan disitu ada
‘Bento’, penjualan kaus, poster dan segala pernak-pernik bertuliskan
Iwan, Swami, Bento laku keras di kaki-kaki lima. Sampai sekarangpun
siapa yang tidak tahu lagu ‘Bento’ dan mendengar kata ‘Bento’ pasti
identik dengan Iwan Fals. Hal yang tidak disangka oleh Djodi dan
kawan-kawan. Bagi Iwan sendiri bisa dibilang ini adalah puncak kejayaan
karir bermusiknya. Tetapi selalu saja ada kerikil yang menghadang,
penguasa rupanya agak panas telinganya mendengar lagu Bento yang katanya
sih dianggap menghina Tommy Soeharto anak presiden saat itu (Soeharto).
Namun berkat dukungan kuat Setiawan Djody, kerikil itu tidak terlalu
mengganggu dan dapat disingkirkan.
Lagu pada album ini ‘Bento’, ‘Bongkar’, ‘Badut’, ‘Eseks Eseks Udug
Udug-Nyanyian Ujung Gang’, ‘Potret’, ‘Bunga Trotoar’, ‘Oh Ya’, ‘Condet’,
‘Perjalanan Waktu’, ‘Cinta’.
Kantata
Takwa (1990)

Menyusul sukses album
Swami, ambisi Setiawan Djodi dalam musik semakin meluap. Didukung musisi
dari Swami ditambah dengan WS.Rendra dan Kelompok Bengkel Teater juga
Jocky S., Djodi membentuk band baru lagi yang bernama Kantata Takwa.
Vokalis utama tetap Iwan Fals. Album perdana ini dikerjakan lebih gila
lagi dari album lainnya, konsep musik yang fenomenal dan megah
mengantarkan grup ini menjadi grup papan atas yang tidak ada
bandingannya. Album ini benar-benar hebat dan menjadi album paling
dicari saat itu. Mungkin kita masih ingat bagaimana ratusan orang sampai
harus antri di toko-toko kaset hanya untuk membeli kaset ini. Konsep
musik dan seni yang fenomenal ini tidak lepas dari kerjasama yang
kompak, Iwan menyanyikan lagu yang liriknya sangat puitis yang sebagian
dikerjakan oleh Rendra dengan semangat totalitas yang tinggi, dipadu
dengan musik yang jelas bukan kerjaan pemusik kacangan. Konser-konser
Kantata yang digelar sampai membludak penontonnya. Airo Records meraup
keuntungan yang luar biasa dari proyek ini. Dan lagi-lagi Iwan Fals lah
yang memegang peranan utama.
Sampai saat ini album ini belum ada tandingannya dan tidak ada yang bisa
menyamai baik dalam lagu maupun liriknya.
Lagu pada album ini adalah ‘Kantata Takwa’, ‘Kesaksian’, ‘Orang Orang
Kalah’, ‘Paman Doblang’, ‘Balada Pengangguran’, ‘Nocturno’, ‘Gelisah’,
‘Rajawali’, ‘Air Mata’, ‘Sang Petualang’.
Cikal
(1991)

Sukses dengan Swami dan
Kantata, Iwan lantas tidak menjadi malas. Dibawah bendera Indo Music Box
Iwan meluncurkan album Cikal. Cikal adalah nama putri Iwan yang ke dua.
Iwan merasa tidak adil kalau galang putra pertamanya dia buatkan lagu,
lantas putri keduanya kenapa tidak. Meskipun terlambat (cikal lahir
tahun 80-an), maka cikal dibuatkan album khusus untuknya. Namun jangan
dikira album ini isinya puji-pujian kepada anak dengan bahasa yang
sederhana, lirik dalam album ini begitu dalam dan berat, kental nuansa
seni tingkat tinggi. Pendukung dalam album juga bukan musisi
sembarangan, ada Gilang Ramadhan, Cok Rampal, Totok Tewel, Embong
Raharjo, Mates dan Mahesa Ibrahim. Musik yang ditampilkan jauh berbeda
dengan Kantata atau Swami, aroma flute dan perkusi terasa jelas disini.
Sayang album ini tidak begitu laku dipasaran, mungkin tidak semua orang
bisa menerima gaya musik yang ada di album ini. Tetapi sekarang album
ini malah menjadi salah satu album yang dicari penggemar Iwan Fals,
karena sudah jarang ada di toko kaset.
Lagu-lagunya adalah ‘Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’,
‘Alam Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, ‘Proyek 13’, ‘....’.
SWAMI
II (1991)

Setiawan Djodi kembali
mengajak Iwan Fals membuat album Swami jilid II. Namun album ini tak
seheboh album yang pertama. Penjualannya biasa-biasa saja. Hits nya juga
kurang menarik dibawakan oleh Sawung Jabo. Iwan Fals sendiri malah
tidak menjadi vokalis utama pada hits yang dipromokan. Ada satu lagu
yang agak lumayan yang dinyanyikan Iwan yaitu lagu ‘Nyanyian Jiwa’ dan
‘Kebaya Merah’. Pada cover album, nama Iwan tidak ditampilkan tidak
seperti album Swami yang perdana.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Hio’, ‘Kuda Lumping’, ‘Kebaya Merah’, ‘Robot
Bernyawa’, ‘Na Na Na Na’, ‘Nyanyian Jiwa’, ‘Sangkala’, ‘Koran’, ‘Rog
Rog Asem’.
Belum
Ada Judul (1992)

Album ini menjadi salah
satu masterpiece dari Iwan Fals, karena proses rekamannya secara live
tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi pakai gitar dan Harmonika yang
dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring tanpa backing vokal. Hits dalam
album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu yang sederhana namun dalam
maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap menjadi jaminan nilai jual.
Dibawah bendera Harpa records, album Iwan tampil dengan polos yang
menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’,
‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’,
‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’,
‘Coretan Dinding’.
Hijau
(1992)

Disini Iwan dan beberapa
musisi seperti Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok Rampal, Bagoes AA,
Iwang Noorsaid, Arie Ayunir dan Jalu mencoba membuat konsep musik yang
sangat alam dipayungi bendera Pro Sound. Bagi sebagian orang yang
mendengar musik ini mungkin mengatakan aneh, tapi inilah seni yang tidak
bisa diukur dari sudut pandang manapun. Album ini sekarang menjadi
buruan para fans Iwan Fals juga kolektor musik, karena mulai jarang ada
di pasaran.
Lagu-lagunya adalah ‘Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’,
‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.
Dalbo
(1993)

Iwan dan musisi pendukung
dalam grup Swami membentuk grup band Dalbo, musiknya sederhana namun
berbobot. Sayang penjualan album ini tidak terlalu laku.
Lagu-lagunya adalah ‘Hura Hura Huru Hara’, ‘Kwek Kwek Kwek’, ‘Ini Si
Trendy’, ‘Sudrun’, ‘Dunia Binatang’, ‘Hua Ha Ha’, ‘Karena Kau Bunda
Kami’, ‘Aku Bosan’, ‘Bidadari Senjakala’, ‘Dalbo’.
Orang
Gila (1994)

Bersama Billy J. Budiharjo
Iwan membuat album baru yang dari judulnya sudah menarik perhatian.
‘Orang Gila’ menjadi hits yang lumayan laku bersama lagu ‘Awang Awang’
dan ‘Satu Satu’. Pada album ini Iwan seperti agak kehilangan jati
dirinya, meskipun suaranya tetap lantang dan berbobot, namun mulai
terasa ada yang berubah pada diri Iwan.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Orang Gila’, ‘Awang Awang’, ‘Satu Satu’,
‘Lagu Cinta’, ‘Doa Dalam Sunyi’, ‘Lingkaran Hening’, ‘Puisi Gelap’,
‘Menunggu Ditimbang Malah Muntah’.
Anak
Wayang (1994)

Iwan Fals bersama Sawung Jabo meluncurkan album
Anak Wayang ini untuk mengisi kekosongan yang ada, Iwan yang mulai
gelisah berkarya, dibantu oleh Jabo untuk bangkit. Hasilnya album ini
yang sederhana dan berbobot.
Lagu dalam album ini ‘Lingkaran Aku Cinta Padamu’, ‘Dihatimu Aku
Berlindung’, ‘Anak Wayang’, ‘Nasib Nyamuk’, ‘Jogja’, ‘Telaga Dan
Bencana’.
Terminal
(1994)

Single yang dinyanyikan bersama
Franky S dan musik oleh Ian Antono. Kabarnya single ini dimunculkan
sebagai rasa terima kasih Iwan Fals kepada Franky S yang pernah
memberikan lagu Kemesraan untuk dinyanyikan Iwan Fals. Seperti diketahui
single Kemesraan menjadi booming setelah dinyanyikan Iwan Fals bersama
artis-artis Musica, walaupun sebenarnya lagu ini sudah pernah dibawakan
oleh Franky dan Jane juga oleh Iwan Fals duet dengan
Titiek
Hamzah tetapi kurang mendapatkan respon pasar. Iwan Fals merasa
mempunyai hutang budi sehingga membuat lagu Terminal untuk dinyanyikan
bersama Franky S dan musiknya dikerjakan Ian Antono.
Mata
Hati (1995)

Single yang musiknya
dikerjakan oleh Ian Antono. Dikemas dalam bentuk album yang dipadu
dengan lagu-lagu lama Iwan Fals, pada side B diisi lagu dari pendatang
baru yang bernama Bobby Eress. Lagu ini sendiri musiknya cukup sederhana
namun liriknya sangat mewah, dan pantas menjadi salah satu single
terbaik milik Iwan Fals. Penjualannya mungkin tidak sebagus
single-single yang lain mungkin dikarenakan hanya ada satu lagu baru dan
lagu Iwan fals hanya ada sedikit sisanya lagu milik penyanyi lain.
Orang
Pinggiran (1995)

Single yang dinyanyikan
bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono. Merupakan lanjutan kerjasama
mereka setelah meluncurkan single Terminal yang sukses dipasaran.
Single Orang Pinggiran juga mendapat respon positif di dunia musik
Indonesia. Angka penjualannya termasuk tidak mengecewakan.
Lagu
Pemanjat (1996)

Single ini dipesan oleh komunitas penggemar panjat
tebing, dipakai sebagai lagu wajib komunitas tersebut. Kecintaan Iwan
Fals pada alam dianggap dapat mewakili. Album ini dikemas dalam konsep
yang sederhana menggunakan sampul dari kertas daur ulang. Album ini
sekarang sangat jarang di jual sehingga menjadi salah satu buruan para
fans dan kolektor. Iwan hanya menyanyikan lagu ‘Lagu Pemanjat’
selebihnya dinyanyikan oleh Cok Rampal dan Harry Suliztiarto.
Lagu-lagunya ‘Lagu Pemanjat’, ‘Pada Batu Dalam Diam’, ‘Yang Mana Jalan
Ke Situ’, ‘Kudatangkan Tubuhmu’, ‘Lagu Lama Gaungnya Rata’, ‘8,8 mm
Dalam Kuasamu’, ‘Iya Memang Kamu’, ‘Cair Lalu Mencari’.
Kantata
Samsara (1998)

Melanjutkan sukses Kantata Takwa, Setiawan Djodi
kembali mengajak Iwan Fals dan kawan-kawan meluncurkan album Kantata
Samsara. Album ini sejenis dengan Kantata Takwa, sama fenomenalnya dan
megah. Namun pada setiap konser yang digelar dengan megah dan mewah
selalu dikotori dengan ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Pada
puncaknya saat konser di Senayan tanggal 6 Juli 1998, konser terpaksa
dihentikan karena terjadi kerusuhan besar. Kejadian ini semakin
memojokkan citra Iwan Fals yang selalu dianggap biang kerusuhan, Iwan
pun membantah, apa alasannya Iwan dituduh penyulut kerusuhan. Dan timbul
kabar, memang kerusuhan sengaja ‘dibuat’ karena persaingan dan
melibatkan kepentingan politik tertentu.
Lagu dalam album ini adalah ‘Samsara’, ‘Nyanyian Preman’, ‘Pangeran
Brengsek’, ‘Anak Zaman’, ‘Lagu Buat Penyaksi’, ‘Panji-Panji Demokrasi’,
‘Asmaragama’, ‘Songsonglah’, ‘Langgam Lawu’, ‘Bunga Matahari’, ‘For
Green And Peace’.
Best
Of The Best (2000)

Pada album ini Iwan
mengaransemen ulang dua buah lagu lamanya yaitu lagu ‘Entah’ dan
‘Kumenanti Seorang Kekasih’. Selebihnya hanya kumpulan lagu-lagu lama.
Album ini cukup sukses dipasaran, wajar dirindukan penggemarnya karena
cukup lama Iwan tidak tampil setelah anak pertamanya Galang Rambu Anarki
meninggal dunia. Dalam album ini Iwan seperti lahir kembali, gaya
vokalnya berubah, namun tetap berbobot. Iwan kembali dipayungi bendera
Musica.
Suara
Hati (2002)

Iwan Fals benar-benar
lahir kembali, setelah di album sebelumnya orang bertanya-tanya karena
Iwan hanya mengaransemen ulang lagu-lagu lama, pada album ini seluruhnya
benar-benar baru. Mulai lagu, vokal, musik, benar-benar fresh.
Album ini menjawab pertanyaan tentang kevakuman Iwan dalam bermusik.
Lagu-lagu pada album ini berbobot, namun liriknya lebih dewasa tidak
senakal dahulu. Iwan menjadi lebih profesional, karena telah memiliki
manajemen pribadi yang digawangi oleh istrinya (Rossana). Iwan mulai
rajin menggelar konser baik di TV maupun outdoor, dan rata rata sukses
tanpa kerusuhan.
Album ini berisi lagu ‘Kupu Kupu Hitam Putih’, ‘Hadapi Saja’, ‘Suara
Hati’, ‘Untukmu Negeri’, ‘Doa’, ‘15 Juli 1996’, ‘Belalang Tua’, ‘Untuk
Para Pengabdi’, ‘Seperti Matahari’, ‘Dendam Damai’, ‘Di Ujung Abad’.
In
Collaboration With (2003)

Luar biasa, hanya kata itu
yang dapat diungkapkan untuk menanggapi album ini. Album ini mendapat
triple platinum karena penjualan terbanyak, mendapat penghargaan sebagai
album terbaik dan single terbaik. Album ini adalah kolaborasi Iwan
dengan musisi muda berbakat seperti Pongky (Jikustik), Eross (Sheila On
7), Harry Roesli, Aziz (Jamrud), Piyu (Padi), Ahmad Dhani (Dewa),
Tohpati, Kikan (Coklat), Heirrie Buchaery. Hits ‘Aku Bukan Pilihan’
meledak dipasaran, dan Iwan Fals perlahan dan pasti semakin memantapkan
diri sebagai musisi papan atas dan legenda hidup musik Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Aku Bukan Pilihan’, ‘Senandung Lirih’,
‘Rinduku’, ‘Hadapi Saja (new version)’, ‘Sesuatu Yang Tertunda’, ‘Sudah
Berlalu’, ‘Kupu Kupu Hitam Putih (new version)’, ‘Suara Hati (new
version)’, ‘Belalang Tua (new version)’, ‘Ancur’.
Manusia
Setengah Dewa (2004)

Hebat, inilah aslinya Iwan
Fals. Album ini dikerjakan hanya dengan suara Iwan dan Gitar akustik
yang dimainkan sendiri. Jadi teringat album Belum Ada Judul. Lirik lirik
nakal dan pedas kembali terdengar disini. Iwan Fals seperti ingin
kembali ke masa awal karirnya dahulu, walaupun bahasa yang digunakan
lebih ke arah kiasan, namun masih dapat dengan gamblang diterima. Inilah
Iwan Fals sebenarnya. Yang menarik dalam album ini adalah, setelah
album siap diedarkan, Iwan Fals ternyata baru menyadari bahwa dia lupa
memainkan harmonika dalam lagu-lagunya, dan album tetap diedarkan karena
sudah tidak mungkin melakukan rekaman ulang. Namun ada sedikit masalah
pada peredaran album ini yaitu cover depannya diprotes umat Hindhu
karena menampilkan gambar salah satu dewa mereka. Cover depan itu adalah
lukisan dari saudara tiri Iwan Fals. Iwan Fals merasa bertanggung
jawab, bersama Musica dengan cepat dia menghentikan peredaran kasetnya.
Lagu dalam album ini adalah ‘Asik Nggak Asik’, ‘Manusia Setengah Dewa’,
‘17 Juli 1996’, ‘Dan Orde Paling Baru’, ‘Buktikan’, ‘16 Juli 1996’,
‘Ngeriku’, ‘Matahari Bulan Dan Bintang’, ‘Desa’, ‘Para Tentara’,
‘Mungkin’, ‘Politik Uang’.
Iwan
Fals In Love (2005)

Album ini muncul ahir
tahun 2005 tanpa banyak promosi, hanya berisi dua buah lagu baru yaitu
‘Ijinkan Aku Menyayangimu’ karya Rieka Roslan diaransemen oleh Erwin
Gutawa dan ‘Selamat Tidur Sayang’ karya Titiek Puspa yang diaransemen
oleh Andi Rianto. Selebihnya lagu lama. Single ‘Ijinkan Aku
Menyayangimu’ yang sempatr menjadi soundtrack sebuah sinetron sepertinya
ingin mengulang sukses single ‘Aku Bukan Pilihan’.
Iwan
Fals Dan Indra Lesmana (2006)

Pada pertengahan tahun
2006 Iwan Fals berkolaborasi dengan Indra Lesmana, menampilkan dua buah
lagu baru dengan sentuhan musik yang berbeda yaitu lagu Haruskah Pergi
dan Selancar. Peredaran lagu ini terkesan terbatas dan ekslusif, yaitu
diedarkan oleh Independent Music Portal (Import). Untuk memilikinya
dengan cara membeli melalui SMS yang akan dipotong pulsa Rp.5000,- untuk
setiap lagu yang didownload dari website Import. Secara keseluruhan dua
lagu baru Iwan Fals ini sangat berkualitas dan berbobot baik materi
musik, pengerjaannya juga liriknya.
50:50
(2007)

Album dari Iwan Fals sang
maestro musik Indonesia yang diluncurkan pada awal bulan April 2007 ini
dikemas dengan titel 50:50, dapat diartikan bahwa dari 12 lagu disini 6
buah diciptakan oleh Iwan Fals dan 6 sisanya diciptakan oleh musisi
lain seperti Bongky (BIP), Dewiq, Opick, Pongky (Jikustik), Digo, dan
Yockie/Remy Soetansyah. Album ini memiliki perpaduan yang seimbang
antara lagu bertema cinta dan yang bertema kritik sosial.
Album ini dikemas dengan aransemen musik modern dan
berkualitas tinggi yang dikerjakan oleh musisi profesional seperti
Bongky, Addie MS, Yockie Suryo Prayogo, Erwin Gutawa, Bagoes A.A dan
Andi Bayou.
Tidak menjadi muluk apabila menyatakan album ini layak untuk menjadi
koleksi dan dapat disejajarkan dengan karya cipta profesional pemusik
Indonesia berkelas lainnya.
Secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini cukup enak untuk dinikmati
baik oleh penggemar Iwan Fals maupun masyarakat penikmat musik baik tua
maupun muda.
Lagu-lagu dalam album ini adalah: ‘Mabuk Cinta’, ‘Masih Bisa Cinta’,
‘Yang Tercinta’, ‘Tak Pernah Terbayangkan’, ‘Apakah Aku Benar - Benar
Memiliki Kamu’, ‘Rubah’, ‘KaSaCiMa’, ‘Pulanglah’, ‘Ini Bukan Mimpi’,
‘Ikan-Ikan’, ‘Negara’, ‘Cemburu’.
Untukmu Terkasih (2009)
Setelah menunggu sekian tahun, akhirnya Iwan Fals merilis album
barunya pada bulan Juli 2009, lebih tepatnya ini adalah mini album
karena hanya berisi dua buah lagu yaitu Untukmu Terkasih dan Merdeka.
Dan pada album ini, Iwan Fals sudah lepas dari label Musica. Dia
sekarang digandeng oleh Falcon Music.
Album ini baru tapi lama, sebab kedua
lagu didalamnya sudah diperkenalkan kepada publik sejak lama lewat
konser-konser maupun dijual melalui Ring Back Tone telepon selular. Lagu
'Untukmu Terkasih' adalah karya Fajar Budiman, sedangkan 'Merdeka'
adalah karya Iwan Fals yang sudah sering dinyanyikan pada live konsernya
sejak tahun 90-an.